Analisis Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Wisata Budaya di Sumpur Studi Kasus Rumah Gadang dan Wisata Sejarah Khatib Sulaiman

Theresia Angeline Luluk(1), Ester Sinurat(2), Lolona Manik(3), Debora Tasya Claudia Zega(4), M Farouq Ghazali Matondang(5),


(1) Universitas Negeri Medan
(2) Universitas Negeri Medan
(3) Universitas Negeri Medan
(4) Universitas Negeri Medan
(5) Universitas Negeri Medan
Corresponding Author

Abstract


Penelitian ini menganalisis peran pemerintah dalam pengembangan wisata budaya di Nagari Sumpur, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, dengan fokus pada Rumah Gadang sebagai representasi arsitektur tradisional Minangkabau dan Situs Sejarah Khatib Sulaiman sebagai warisan perjuangan kemerdekaan. Menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, data dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi, kemudian dianalisis dengan teknik reduksi data, penyajian data, dan verifikasi melalui triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah berperan sebagai fasilitator, penggerak, dan mediator melalui berbagai program seperti "Pesona Sumpu," pelatihan budaya, serta kemitraan strategis dengan lembaga keuangan dan sektor swasta. Upaya branding dan digitalisasi destinasi, termasuk perolehan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI), turut memperkuat posisi Sumpur sebagai destinasi budaya unggulan. Temuan penelitian mengungkap bahwa kolaborasi holistik antara pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait merupakan kunci keberhasilan pengembangan wisata budaya yang berkelanjutan.


Keywords


Pemerintah Daerah, Wisata Budaya, Rumah Gadang, Nagari Sumpur, Pelestarian Budaya, Pariwisata Berkelanjutan

References


Analisis Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Wisata Budaya di Sumpur Studi Kasus Rumah Gadang dan Wisata Sejarah Khatib Sulaiman

Theresia Angeline Luluk 2. Ester Sinurat 3. Lolona Manik 4. Debora Tasya Claudia Zega ⁵ M. Farouq Ghazali Matondang, S.Pd., M.Sc

theresiaangelineluluk@gmail.com Estersinurat22@gmail.com Lolonamanik92@gmail.com

JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL

Universitas Negeri Medan

Abstrak

Penelitian ini menganalisis peran pemerintah dalam pengembangan wisata budaya di Nagari Sumpur, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, dengan fokus pada Rumah Gadang sebagai representasi arsitektur tradisional Minangkabau dan Situs Sejarah Khatib Sulaiman sebagai warisan perjuangan kemerdekaan. Menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, data dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi, kemudian dianalisis dengan teknik reduksi data, penyajian data, dan verifikasi melalui triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah berperan sebagai fasilitator, penggerak, dan mediator melalui berbagai program seperti "Pesona Sumpu," pelatihan budaya, serta kemitraan strategis dengan lembaga keuangan dan sektor swasta. Upaya branding dan digitalisasi destinasi, termasuk perolehan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI), turut memperkuat posisi Sumpur sebagai destinasi budaya unggulan. Temuan penelitian mengungkap bahwa kolaborasi holistik antara pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait merupakan kunci keberhasilan pengembangan wisata budaya yang berkelanjutan.

Kata Kunci: Pemerintah Daerah, Wisata Budaya, Rumah Gadang, Nagari Sumpur, Pelestarian Budaya, Pariwisata Berkelanjutan

PENDAHULUAN

Pengembangan wisata budaya telah menjadi salah satu strategi penting dalam pelestarian warisan budaya sekaligus penggerak ekonomi lokal di berbagai daerah di Indonesia (UNWTO, 2019). Di Sumatera Barat, khususnya di Nagari Sumpur, Kabupaten Tanah Datar, potensi wisata budaya yang dimiliki sangat kaya, dengan Rumah Gadang sebagai ikon arsitektur tradisional Minangkabau dan Rumah Khatib Sulaiman sebagai situs sejarah perjuangan kemerdekaan (Yulianto et al., 2021). Kedua aset budaya ini tidak hanya memiliki nilai historis yang tinggi, tetapi juga berpotensi menjadi penggerak ekonomi kreatif berbasis pariwisata (Kemenparekraf, 2022). Peran pemerintah dalam pengembangan wisata budaya menjadi faktor krusial, mengingat kompleksitas tantangan yang dihadapi, mulai dari aspek pelestarian hingga pengemasan produk wisata yang kompetitif (Timothy & Boyd, 2006).

Di Sumpur, keterlibatan pemerintah terlihat melalui berbagai program fasilitasi, penguatan kapasitas masyarakat, dan kemitraan strategis (Dinas Pariwisata Tanah Datar, 2023). Namun, efektivitas peran pemerintah ini belum banyak dikaji secara komprehensif, terutama dalam kaitannya dengan pengelolaan situs budaya bersejarah. Menurut Nas (2000), arsitektur tradisional seperti Rumah Gadang memainkan peran penting dalam membentuk citra destinasi wisata berbasis budaya. Sebagai objek wisata, Rumah Gadang memiliki potensi besar untuk dikembangkan melalui pendekatan interpretatif dan partisipatif. Interpretasi budaya memungkinkan wisatawan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam setiap elemen rumah tersebut, seperti bentuk atap bergonjong yang melambangkan tanduk kerbau, atau pembagian ruang yang mencerminkan struktur sosial masyarakat Minang.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara mendalam peran pemerintah dalam pengembangan wisata budaya di Sumpur, dengan fokus pada dua objek utama: Rumah Gadang sebagai representasi budaya hidup (living culture) dan Wisata Sejarah Khatib Sulaiman sebagai warisan sejarah (heritage tourism). Studi ini penting dilakukan mengingat adanya kesenjangan antara potensi wisata budaya yang dimiliki dengan kapasitas pengelolaan yang masih terbatas di tingkat lokal (Fadillah & Putra, 2020)

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif untuk menganalisis peran pemerintah dalam pengembangan wisata budaya di Nagari Sumpur, mengacu pada metodologi yang dikembangkan oleh Sugiyono (2019). Pengumpulan data dilakukan melalui tiga teknik utama: (1) observasi langsung di objek wisata sebagaimana dijelaskan oleh Moleong (2017), (2) wawancara mendalam dengan informan kunci mengikuti panduan dari Bungin (2008), serta (3) dokumentasi visual dan tertulis. Analisis data dilakukan melalui tahapan yang diadaptasi dari Miles dan Huberman (1992) dalam terjemahan Tjetjep Rohindi (2014), meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk memastikan keabsahan data, digunakan teknik triangulasi sumber sebagaimana disarankan oleh Nasution (2017) dalam penelitian kualitatif. Pendekatan ini memungkinkan pemahaman menyeluruh tentang implementasi kebijakan pariwisata dan dinamika sosial budaya yang terjadi.

PEMBAHASAN

Nagari Sumpur di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, merupakan wilayah yang kaya akan warisan budaya Minangkabau. Dua aset budaya utama yang menjadi fokus pengembangan wisata budaya di daerah ini adalah Rumah Gadang sebagai representasi arsitektur tradisional Minangkabau dan Rumah Khatib Sulaiman sebagai situs bersejarah yang mengabadikan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Keberadaan kedua situs budaya ini tidak hanya memiliki nilai historis yang tinggi, tetapi juga berpotensi besar sebagai penggerak ekonomi kreatif berbasis pariwisata. Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, memainkan peran strategis dalam upaya pelestarian dan pengembangan kedua objek wisata budaya ini melalui berbagai program dan kebijakan yang bersinergi dengan masyarakat lokal.

Peran Pemerintah sebagai Fasilitator dan Penggerak

Pemerintah daerah telah berperan aktif sebagai katalisator dalam pengembangan wisata budaya di Sumpur melalui berbagai bentuk dukungan konkret. Peran fasilitatif ini terutama terlihat dalam penyelenggaraan program tahunan "Pesona Sumpu" yang menjadi ajang promosi budaya utama di wilayah tersebut. Dinas Pariwisata dan Dinas Kebudayaan setempat memberikan dukungan menyeluruh yang mencakup penyediaan sarana prasarana kegiatan, pengurusan perizinan acara, serta menjadi penghubung antara komunitas lokal dengan pihak eksternal seperti media dan sponsor. Dukungan pemerintah tidak berhenti pada aspek teknis penyelenggaraan semata. Tim penelitian menemukan bahwa dokumentasi dan publikasi kegiatan yang dilakukan oleh instansi pemerintah berperan penting dalam memperluas jangkauan promosi budaya lokal hingga tingkat nasional. Kegiatan seperti tur Rumah Gadang dan pertunjukan seni tradisional mendapatkan eksposur yang lebih luas berkat dukungan ini, sehingga tidak hanya melestarikan budaya secara fisik tetapi juga menghidupkan nilai-nilai budaya melalui partisipasi aktif masyarakat.

Penguatan Kapasitas Masyarakat melalui Pendidikan dan Pelatihan Budaya

Dalam Wawancara kami dengan pihak pengelola wisasta, bahwa pemerintah telah menginisiasi berbagai program peningkatan kapasitas masyarakat yang dirancang khusus untuk mendukung pengembangan wisata budaya. Pelatihan pidato adat Minang (pasambahan) yang diselenggarakan di Rumah Gadang merupakan salah satu contoh nyata bagaimana pemerintah berupaya memperkuat identitas budaya generasi muda sekaligus menghidupkan kembali fungsi sosial bangunan tradisional tersebut sebagai ruang edukasi. Selain itu, workshop kesenian tradisional dan pendidikan sejarah lokal yang digagas pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kompetensi masyarakat dalam pengelolaan wisata sekaligus menjaga keberlanjutan pengetahuan tradisional. Data lapangan menunjukkan bahwa program-program ini telah berhasil menciptakan kesadaran baru di kalangan masyarakat muda akan pentingnya melestarikan warisan budaya mereka.

Kemitraan Strategis untuk Pengembangan Wisata Berkelanjutan

Nagari Sumpu juga membuka jaringan kolaborasi yang dibangun pemerintah dengan berbagai pihak strategis. Kemitraan dengan lembaga keuangan seperti Bank Indonesia, kementerian terkait, serta sektor swasta telah menghasilkan berbagai bentuk dukungan nyata. Bentuk kerjasama ini meliputi pendanaan kegiatan budaya, pelatihan sumber daya manusia lokal, penyediaan infrastruktur pendukung wisata, serta bantuan teknis dalam pengelolaan destinasi wisata. Di lapangan terlihat jelas bagaimana pemerintah berperan sebagai mediator yang memfasilitasi kemitraan antara masyarakat dengan sponsor potensial. Bantuan dalam pembuatan proposal dan administrasi dari instansi pemerintah telah meningkatkan profesionalitas pengelolaan kegiatan wisata budaya di tingkat komunitas.

Strategi Promosi dan Branding Destinasi Wisata

Aspek promosi dan branding menjadi fokus penting dalam upaya pengembangan wisata budaya Sumpur. Penelitian mendokumentasikan bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan pemerintah mencakup berbagai pendekatan. Pengajuan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yang berhasil diraih oleh Sumpur menjadi bukti nyata keberhasilan upaya ini, sekaligus menjadi momentum penting dalam meningkatkan visibilitas destinasi wisata tersebut. Pemanfaatan platform digital untuk promosi wisata tampak semakin intensif dilakukan oleh pemerintah. Pembuatan konten promosi profesional dan partisipasi dalam berbagai pameran wisata telah membantu memperkenalkan potensi budaya Sumpur kepada pasar yang lebih luas. Data menunjukkan bahwa upaya standarisasi pengelolaan desa wisata melalui pelatihan manajemen dan digitalisasi UMKM juga menjadi bagian integral dari strategi promosi jangka panjang yang dirancang pemerintah.

Kesimpulan

Pemerintah memainkan peran krusial dalam pengembangan wisata budaya di Nagari Sumpur, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Melalui pendekatan multidimensi, pemerintah berfungsi sebagai fasilitator, penggerak, dan mediator dalam upaya pelestarian dan pengembangan objek wisata budaya seperti Rumah Gadang dan Situs Khatib Sulaiman. Dukungan pemerintah terwujud dalam berbagai bentuk, mulai dari penyelenggaraan program budaya seperti "Pesona Sumpu," penguatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan adat dan kesenian tradisional, hingga kemitraan strategis dengan lembaga keuangan dan sektor swasta untuk pengembangan infrastruktur dan promosi. Strategi branding dan digitalisasi destinasi wisata, termasuk perolehan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI), turut memperkuat posisi Sumpur sebagai destinasi budaya unggulan. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait telah menciptakan dampak positif tidak hanya pada pelestarian warisan budaya, tetapi juga pada peningkatan ekonomi lokal melalui pariwisata. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa pendekatan holistik dan partisipatif merupakan kunci keberlanjutan pengembangan wisata budaya berbasis komunitas.

Daftar pustaka

Andriani, D. (2019). Peran Pemerintah Daerah dalam Pengembangan Pariwisata Budaya di Sumatera Barat. Padang: Universitas Negeri Padang.

Arinta, D., Utaya, S., & Astina, I. K. (2016). Implementasi pembelajaran kuliah kerja lapangan dalam meningkatkan minat belajar mahasiswa program studi pendidikan Geografi Universitas Negeri Malang (Doctoral dissertation, State University of Malang).

Bungin, B. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Kencana.

Dinas Pariwisata Sumatera Barat. (2022, 18 Oktober). Kelompok Sadar Wisata “Pesona Sumpu” Masuk 50 Besar ADWI Tahun 2022.

Dinas Pariwisata Tanah Datar. (2023). Laporan Pengembangan Wisata Budaya Nagari Sumpur.

Fadillah, R., & Putra, E. D. (2020). Community-Based Tourism Development in West Sumatra. Journal of Tourism and Heritage Studies, 9(2), 45-60.

Fitria, L. (2022). Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Budaya di Nagari Pariangan. Jurnal Pariwisata dan Budaya, 14(2), 123–134.

Kemenparekraf. (2022). Panduan Pengembangan Desa Wisata Berbasis Budaya. Jakarta: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Moleong, L. J. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (2017). Metode Research. Bumi Aksara.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta.

Timothy, D. J., & Boyd, S. W. (2006). Heritage Tourism in the 21st Century: Valued Traditions and New Perspectives. Journal of Heritage Tourism, 1(1), 1-16.

Tjetjep Rohindi (Penerjemah). (2014). Analisis Data Kualitatif. UI Press

UNWTO. (2019). Tourism and Culture Synergies. Madrid: World Tourism Organization.

Yulianto, A., et al. (2021). Arsitektur Rumah Gadang dan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Minangkabau. Padang: UNP Press.


Full Text: PDF

Article Metrics

Abstract View : 0 times
PDF Download : 0 times

DOI: 10.57235/jetbus.v2i1.6550

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2025 Theresia Angeline Luluk, Ester Sinurat, Lolona Manik, Debora Tasya Claudia Zega, M Farouq Ghazali Matondang

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.